Siapa Bosnya, Anda Atau Emosi Anda?

Kata Alkitab / 25 June 2008

Kalangan Sendiri

Siapa Bosnya, Anda Atau Emosi Anda?

Admin Spiritual Official Writer
6485
Naik turunnya emosi kita sehari-hari adalah salah satu dari pergumulan kita dalam hubungan-hubungan yang kita miliki. Daripada kita terus mengikuti roller coaster emosional, kita perlu menjadi orang yang lebih stabil, tekun, dan mempunyai fokus yang jelas. Jika kita terus membiarkan emosi-emosi memimpin kita, sudah dapat dipastikan kita tidak akan menjadi yang terbaik yang kita bisa. Tentu saja, tidak ada seorangpun dari kita yang bisa benar-benar menghilangkan emosi, tapi kita harus belajar untuk mengatur dan mengendalikan emosi, dan tidak membiarkan emosi mengendalikan kita.

Hidup tidak menyenangkan jika kita dikendalikan oleh perasaan. Perasaan bisa berubah dari hari ke hari, bahkan dari jam ke jam. Perasaan bukan hanya berubah, tapi juga bisa berbohong. Contohnya, Anda mungkin berada di tengah keramaian orang dan merasa bahwa mereka membicarakan Anda, tapi belum tentu mereka memang sedang membicarakan Anda. Anda mungkin merasa tidak ada seorangpun yang mengerti Anda, tapi itu bukan berarti mereka benar-benar tidak mengerti. Anda mungkin merasa Anda salah dimengerti, tidak dihargai, atau diperlakukan dengan tidak sepantasnya, tapi itu semua tidak selalu benar adanya. Jika kita ingin menjadi seseorang yang dewasa dan teratur, kita harus memutuskan bahwa kita tidak berjalan berdasarkan apa yang kita rasakan.

Banyak orang sering bertanya pada saya, "Bagaimana saya bisa tahu pasti apakah saya berjalan dalam kebenaran ataukah berjalan hanya mengikuti perasaan dan emosi saya?" Saya percaya jawabannya ditemukan dalam kesabaran. Emosi memacu kita untuk bertindak dengan segera, secepat mungkin, dan melakukan sesuatu sekarang! Tapi hikmat Tuhan menyuruh kita untuk menunggu sampai kita mempunyai gambaran yang jelas dari apa yang kita mau lakukan dan kapan kita akan melakukannya. Kita perlu mundur sejenak dan melihat situasi yang sedang kita hadapi dari sudut pandang Tuhan. Kita perlu membuat keputusan berdasarkan apa yang kita tahu daripada berdasarkan apa yang kita rasakan.

Saya akan beri contoh dari kehidupan saya sendiri. Suatu waktu saya sudah menyimpan uang untuk membeli jam tangan yang bagus. Saya ingin mencari jam tangan yang warnanya tidak akan menjadi hitam. Suatu hari, suami saya, Dave, dan saya pergi ke mal dan berhenti di satu toko perhiasan dimana saya melihat sebuah jam yang cantik. Ternyata ada bagian jam tangan itu yang berlapis emas, dan saya tahu cepat atau lambat itu akan menjadi hitam. Tapi kelihatannya jam tangan itu persis seperti yang saya cari dan begitu pas di pergelangan tangan saya. Tidak hanya itu, penjaga tokonya juga menawarkan diskon. Jadi emosi saya berkata, "Ya! Ini yang saya mau!"

Tapi Dave mengingatkan, "Kamu tahu ini ada lapisan emasnya, dan akan menjadi hitam..." Saya berkata, "Aku tahu, tapi aku benar-benar menyukai jam ini. Apa yang harus aku lakukan?" "Itu uangmu..." jawab Dave. Akhirnya saya berkata pada penjaga tokonya, "Mmm... bisa tolong tahan dulu jam ini untuk saya sementara saya akan berkeliling mall sebentar. Kalau saya akan membeli jam ini, saya akan kembali dalam sejam."

Jadi Dave dan saya berkeliling mall sebentar, dan berhenti di sebuah toko yang menjual gaun. Karena saya membutuhkan beberapa baju baru, saya masuk dan menemukan baju yang bagus. Saya mencobanya, dan cocok sekali, saya menyukainya. "Itu baju yang bagus, cocok sekali denganmu," kata Dave. Saya melihat label harganya dan berpikir, "Mahal... tidak heran baju ini terlihat sangat bagus!" Tapi saya benar-benar menginginkannya. Ya, sebenarnya ada 3 benda yang saya inginkan. Saya ingin jam, baju itu, dan saya ingin tidak bangkrut! Apa yang saya putuskan? Saya menunggu sambil mempertimbangkan. Jam itu - yang sebenarnya tidak sesuai dengan kualitas yang saya mau - akan menghabiskan banyak dari tabungan saya. Baju itu cantik, tapi itu juga akan menghabiskan banyak uang. Jadi saya memutuskan bahwa hal terbaik yang bisa dilakukan adalah menyimpan uang saya dan menunggu sampai saya merasa yakin apa yang paling saya inginkan.

Biasanya nasehat yang terbaik adalah: "Jika kamu ragu-ragu, maka jangan lakukan!"

Saat dihadapkan dengan keputusan sulit apapun, tunggulah sampai Anda mendapat gambaran dan jawaban yang jelas sebelum mengambil langkah yang mungkin akan Anda sesali. Emosi memang menyenangkan, tapi emosi tidak boleh diijinkan untuk mendahului hikmat dan pengetahuan. Ingat, kendalikan emosi Anda dan jangan biarkan emosi yang mengendalikan Anda.

Sumber : joyce meyer
Halaman :
1

Ikuti Kami